Rabu, 01 Juni 2011

indonesia Tuan Rumah Bridge Dunia Tahun 2013


Sukses meraih medali perunggu di kejuaraan dunia bridge di Amerika Serikat, PB GABSI mendapat peluang untuk menggelar kejuaraan dunia bridge 2013 di Nusa Dua, Bali.
“Hasil yang diukir tim nasional senior itu mengulang sukses tahun 2009 di Sao Paolo Brasil. Begitu juga dengan tim yang tampil sebagai juara dipegang tim Inggris dan urutan kedua diraih Polandia,” kata Wakil Sekjen PB GABSI, Edi Nurinda kepada Antara di Jakarta, Rabu.
Atas prestasi cukup cemerlang akhirnya Indonesia terpilih menjadi tuan rumah kejuaraan dunia tahun 2013 di Bali. Melalui kejuaraan dunia ini pula dapat membangkitkan semangat atlet nasional mengasah prestasi yang dimiliki.
Edi melanjutkan, peta kekuatan permainan bridge nasional tidak terlepas dengan ketangguhan pemain senior yang diperkuat Hengky Lasut, Eddy Manopo, Denny Sacul, Munawar Sawirudin.
Meski tim nasional masuk urutan tiga besar dunia, namun dapat dijadikan modal menuju SEA Games XXVI Jakarta tahun 2011. Melalui hasil yang diukir di Amerika, tentunya lawan yang akan menghadapi tim nasional di multi event dua tahunan ASEAN berpikir dua kali.
Kondisi itu katanya, sangat menguntungkan tim bridge nasional untuk meraih sukses juara umum di SEA Games. PB GABSI memberikan target minimal mampu medulang lima dari sembilan medali emas yang dipertandingkan di multi event dua tahunan ASEAN nantinya.sumber
Read More

Selasa, 31 Mei 2011

Bermain Grand Slam

Grand Slam Force Modified (GSFm)
Seperti pada beberapa cabang olahraga lainnya, istilah Grand Slam juga menunjukkan dicapainya suatu kontrak yang paling tinggi dan bergengsi dalam permainan bridge. Suatu kontrak langka yang sangat jarang ditemui.

Suatu saat, andapun tentu akan menemukannya. Namun, anda harus ekstra waspada. Walaupun distribusi kartu yang anda pegang sudah memasuki kategori ini, tetapi tanpa memiliki senjata (sistim) untuk menemukannya, jangan harap anda akan mendapatkan bonus poinnya. Kartu sebaik apapun, jika anda tidak mampu mencapai kontrak terbaik dengan sistim bidding anda, tetap saja tidak akan mendapat skor yang baik.

Nah, jangan sampai kenikmatan mencapai kontrak Grand Slam hanya dimiliki oleh pemain-pemain top tertentu saja. Andapun harus mendapatkannya. Ingat Klub “Grand Slam” yang didirikan di Amerika Serikat. Hanya pemain-pemain yang pernah mencapai kontrak Grand Slam (dan berhasil memenuhinya tentu saja) yang berhak menjadi anggota klub ini. Rasanya, sudah saatnya anda ikut mendaftar disitu.

Salah satu konvensi untuk mencapai Grand Slam adalah Grand Slam Force (GSF). Disini, salah satu pihak bertanya kondisi trump dari partnernya untuk memastikan apakah kontrak Grand Slam bisa dibukukan. Konvensi GSF hanya menanyakan jumlah honor pada warna trump partner. Jika kekurangan salah satu honor, maka kontrak Grand Slam harus dihindari, karena risiko kegagalannya cukup besar.

Setelah mencermati bermacam-macam literatur bridge dari mancanegara, penulis bersama partner (Robert Tobing) akhirnya memutuskan untuk memakai salah satu konvensi GSF yang paling mutakhir, dan tentu saja jauh lebih akurat yang disebut GSF Modified (GSFm). Konvensi GSF yang sudah dimodifikasi. Dengan konvensi ini, bukan saja jumlah honor di warna trump yang diketahui. Kita bahkan bisa mengetahui dengan pasti jenis honor apa (As, King atau Queen) yang dimiliki partner, sekaligus juga dengan jumlah kartunya.

Dengan demikian, penjajagan menuju kontrak Grand slam akan menjadi jauh lebih akurat. Dibawah ini penulis akan jabarkan teorinya, silahkan saja bagi para pembaca yang ingin maju untuk mencoba memanfaatkannya di lapangan. Syaratnya, anda dan partner harus ingat betul konvensi ini, jangan sampai lupa. Layaknya pesawat canggih F16, jika anda sebagai pilot salah menekan tombol, bisa berakibat fatal bagi anda sendiri.

Jika fit di major dan partner bid 5NT (GSFm), maka jawaban anda adalah:

  • 6 = Trump As / King.
  • 6 = Trump Queen
  • 6M = Tidak ada honor trump

Jika fit di Spade, setelah 5NT, anda menjawab 6 dengan tidak memiliki honor trump, tetapi harus bid 6 jika memiliki ekstra kartu trump. Ini bermanfaat apabila partner memiliki trump AK lima lembar. Jika ia mengetahui anda memiliki 5 lembar trump, ia dengan konfiden bisa bid Grand Slam.

Setelah jawaban 6 (A/K), partner bid 6 untuk menanyakan jumlah trump. Dengan memiliki kartu ekstra trump anda bisa langsung bid Grand Slam. Dengan demikian akan sering tercapai kontrak Grand Slam terbaik dengan kombinasi trump As (6 lembar) dengan King (4 lembar) atau As (5 lembar) dengan King (lima lembar).

Untuk fit di Club, anda bertanya dengan bid 5 (menghemat ruang). Partner bid 5NT tanpa honor trump, 6 dengan 1 honor, 6X (2 honor) dan bid 7 dengan 3 honor.

Untuk fit di Diamond, tanya tetap di 5NT. Jawab 6 (1 honor), 6 (no honor), 6X (2 honor) dan 7 (3 honor).

Pada try out terakhir sebelum mengikuti Kejuaraan Bridge Asia Pasifik (PABF) akhir Agustus 2006 di Shanghai, penulis berkesempatan mencoba senjata yang jarang dipakai ini. Di sesi terakhir yang sangat menentukan, Tim Pelatnas berhadapan dengan Tim Juara Nasional 2006 Garuda dari DKI Jakarta. Muncul papan dengan urut-urutan penawaran artificial yang cukup panjang dibawah ini:

Papan 14.     AKQ109
T/---       A1098752
              9
              ---
 32             8764
 J3      K
 Q82             K107543
 A107653     J9
       J5
       Q64
       AJ6
       KQ842
Bidding:
Barat Utara Timur Selatan
Sacul Tobing Waluyan Asbi
Pass 1NT(1)
Pass 2(2) Pass 2(3)
Pass 3(4) Pass 3(5)
Pass 4(6) Pass 4(6)
Pass 5NT(7) Pass 6(8)
Pass 6 //
1: Weak NT, 11-14; 2: Stayman 3: No 4-cd Major 4: Both Majors, invite+ 5: Heart, minimum; 6: Cue Bidsumber 7: GSFm; 8: Trump Queen.

Menghadapi pasangan Denny Sacul/FR Waluyan yang terkenal akurat dalam permainan bertahannya (defence), kami menghindari kontrak Grand Slam. Robert yang mencoba memakai konvensi GSFm mengetahui bahwa penulis hanya memiliki Queen Heart (tiga lembar). Dengan demikian kontrak terbaik hanyalah di slam (6). Kontrak Grand Slam bisa saja berhasil, tetapi syaratnya posisi Heart diluar harus sangat menguntungkan declarer. Dan itu persentase nya sudah kecil.
Coba anda lihat, jika saja penulis memberitahukan memegang K tiga lembar, maka Robert dengan yakin akan bid 7. Kontrak Grand Slam yang sangat baik, dengan tingkat persentase keberhasilan yang sangat tinggi.
Read More

Sabtu, 21 Mei 2011

Tutorial Bridge Online

 Total Pointssumber
 
Filed under: Uncategorized
Jumlah dari high card points (HCP) dan shape (distribution) points (long suit or short suit point) disebut sebagai total point (TP). 
Saat anda melakukan opening bid atau bidding suit baru, anda harus mengevaluasi pegangan dengan HCP dan LSP (long-suit point), sehingga : 
TOTAL POINTS= HIGHCARD POINTS + LONG SUIT POINTS …… (1.1)
Saat partner anda melakukan opening, dan anda akan menaikkan suit partner anda, anda harus melakukan re-evaluasi kartu anda dengan SSP (short-suit point). Jadi untuk menaikkan partner suit anda harus menggunakan rumus dibawah ini:
TOTAL POINTS= HIGHCARD POINTS + SHORT SUIT POINTS ….. (1.2)
Jangan lupa, jika anda adalah opener dan menaikkan suit responder, anda harus menggunakan rumus (1.2).
CATATAN :
Ø  Jangan pernah mengakumulasi point long suit (length) dan short suit (dummy); gunakan itu sacara terpisah.
Jika anda mengevaluasi kartu pegangan (baik sebagai opener maupun  responder) untuk kontrak No-Trump, jangan pernah gunakan Total Point, tapi gunakan hanya high card points (HCP).

Short Suit Points (Dummy Points) = SSP

Short suit points (SSP) ditambahkan pada high card points (HCP) setelah dicapai fit warna partnership (shortness method).




bentuk 
Point
Keterangan
Void
 5
Jika anda mempunyai suit kosong (void) anda mempunyai kesempatan untuk melakukan trump losers. Jadi tambahkan 5 point.
With support for partner’s suit
Singleton
3
Jika anda mempunyai satu kartu single pada suatu suit, sebentar lagi anda akan segera melakukan trump losers. Jadi tambahkan 3 points.
Singleton honors (misal K, Q and J) tidak dapat dihitung sebagai HCP dan SSP, Jika tidak mempunyai protect honors, tambahkan hanya 3  points sbg SSP. Bukan jumlah keduanya
With support for partner’s suit
Doubleton
1
Jika anda punya dua lembar kartu pada satu suit, anda akan segera dapat melakukan  trump losers. Jadi tambah 1 point.
Apabila doubleton itu bentuknya :  KQ, KJ, QJ, Qx, Jx  jangan hitung sebagai Honor dan Shape  point sekaligus, sebab bentuk tsb akan mudah dikalahkan oleh Kartu tinggi lawan.
Note: Gunakan SSP diatas untuk mengevaluasi ulang, hanya jika telah tercapai fit. Ini adalah contoh untuk re-evaluasi:
http://www.bridge7.com/k3/s12.gif http://www.bridge7.com/k3/s9.gif http://www.bridge7.com/k3/s6.gif http://www.bridge7.com/k3/s2.gif http://www.bridge7.com/k3/h12.gif http://www.bridge7.com/k3/h5.gif http://www.bridge7.com/k3/h4.gif http://www.bridge7.com/k3/d10.gif http://www.bridge7.com/k3/t13.gif http://www.bridge7.com/k3/t11.gif http://www.bridge7.com/k3/t5.gif http://www.bridge7.com/k3/t4.gif http://www.bridge7.com/k3/t2.gif
Kartu ini adalah :
                     8 HCP + 1 long suit (club) point = 9 total points.
Apabila partner anda bid 1S, anda punya empat kartu support spade. Dalam hal ini , anda bisa re-evaluasi kartu menjadi :
       8 HCP + 3 short suit (diamond) point = 11 total points.

Long Suit Points (Length Points) = LSP

Evaluasi kartu anda dengan HCP dan LSP (kecuali anda cuma sebagai support suit partner).
Shape  (bentuk/struktur)
Point
Keterangan
Contoh
(di website)
lebih-satu dari empat lembar suit.
1
Tambahkan  satu point pada setiap kelebihan satu setelah kartu ke-empat.
Contoh : tambahkan 3 point pada 7-card suit.

Bentuk (Distribution) Points

Ada beberapa cara untuk menghitung point dari bentuk susunan kartu (distribusi kartu), dan yang paling  sering digunakan adalah :
  1. Long suit points : Ditambahkan pada HCP sebelum mencapai fit partnership.
  2. Short suit points: Ditambahkan pada HCP setelah fit partnership dicapai. Short suit points dikenal sebagai Dummy Points
Long dan short suit points tidak boleh dikombinasikan (jangan pernah dijumlahkan) pada saat mengevaluasi point.

High Card Point

Gunakan hanya  high card points (HCP) untuk mengevaluasi point kartu kita  pada kontrak No-Trump.
Honors
Card
Point
Ace
http://www.bridge7.com/k3/d1.gif
4
King
http://www.bridge7.com/k3/s13.gif
3
Queen
http://www.bridge7.com/k3/d12.gif
2
Jack
http://www.bridge7.com/k3/h11.gif
1
Ten
http://www.bridge7.com/k3/t10.gif
0
1) High-Card points atau biasa disingkat HCP.
2) Total HCP points pada 1 deck kartu adalah 40.
 

Daftar Istilah

Filed under: Pendahuluan
Intermediate Cards= adalah kartu 10 and 9 pada setiap suit kartu.
Auction = Tahapan bidding pada bridge.
Balanced hand = Distribusi kartu rata, tidak ada void atau singleton. Bentuknya 4-3-3-3 atau 4-4-3-2.
Convention = Bid yang mempunyai arti khusus.
Trick = Kartu-kartu yang dimainkan dan dimenangkan pada satu putaran.
Honor = adalah satu dari 5 kartu tertinggi pada satu suit, yaitu : Ace, King Queen, Jack dan sepuluh. Sepuluh adalah kartu honor tanpa nilai point.
Suit = adalah satu dari empat set warna kartu yang terdiri dari tiga belas lembar kartu, yaitu : spade, heart, diamond dan club.
Low card = adalah ranking kartu dari angka delapan sampai dengan angka dua pada setiap suit.
Read More

Bermain bridge dengan cara online

Apapun ceritanya, ketika kita bermain bridge, pastilah pernah merasakan nikmat luar biasa, puas, bahagia, tersenyum bahkan tidak jarang tertawa gembira, namun juga pernah merasakan kecewa, sedih, jengkel, bahkan marah yang tidak bisa ditahan. Itulah bridge, bayangkan saja, hanya dengan memainkan kartu sedemikian rupa bisa membangkitkan emosional para pemain dan penonton, baik dalam bentuk emosional kebahagiaan maupun sebaliknya. Emosional yang muncul semacam itu tidak hanya berlaku untuk permainan bridge di alam nyata, bahwa setiap pemain memegang kartu, saling bertemu muka, bisa berbicara langsung, dan sebagainya, akan tetapi berlaku juga untuk permainan bridge di dunia maya melalui internet tanpa memegang kartu (cukup nge-klik), tidak bertemu muka, tidak bisa berbicara langsung (bisa chating sesuai yang diperkenankan), dan sebagainya.

Dalam hal permainan bridge melalui internet, khususnya melalui Bridge Base Online (BBO) di website http://www.bridgebase.com, ada beberapa tourney dan atau jenis tournament yang disediakan oleh Pengelola BBO, diantaranya khusus bersama Robot (GIB) yang sekarang ini masih bersifat Individual, kecuali dalam hal adanya Renting Robot yang memungkinkan untuk practice bersama partner non GIB.

Pada Bagian I ini, selain sebagai Pengantar, saya coba mulai menyampaikan hal-hal mendasar berkaitan dengan Robot (GIB), yakni:
- Jenis Tourney (Robot Tournament), dan
- Sistem Bidding dan Konvensi yang dipergunakan.

Jenis-jenis Robot Tournament.

Terhitung sejak penulis mulai aktif di BBO pada bulan September 2007, ternyata untuk Robot Tournament telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan cukup pesat, khususnya pada Tahun 2009 dan awal Tahun 2010, sehingga sekarang dapat kita nikmati beberapa jenis robot tournament yang disediakan, yakni:

- Free Robot Race;
- Free Robot Duplicate (IMPS);
- $ 0.25 Robot Race;
- Robot Duplicate - Matchpoints;
- Robot Duplicate - 18 Boards - MP;
- Robot Duplicate - 18 Boards - IMP;
- $ 1 Robot Reward - Best Hand;
- $ 1 Robot Reward - Random Hands;
- $ 5 Robot Reward - Best Hand;
- ACBL Robot Duplicate (Match Points).

Sistem Bidding dan Konvensi yang dipergunakan.

Basic bidding system untuk bermain di Robot Tournament adalah Two Over One (2/1) yang hampir mirip dengan SAYC (Standard American Yellow Card). Artinya hanya terdapat sedikit perbedaan, sehingga bagi beberapa pemain yang telah familiar dengan SAYC, hampir tidak mengalami banyak kesulitan di dalam bidding, namun dalam hal tertentu justru akan terjadi mistake/ kesalahan dalam bidding, dan ini bisa berakibat fatal, dikarenakan program GIB tidak mengenal commonsense.

Defensive Bidding terhadap Opening lawan 1NT, sebagai berikut:
- X : pinalty;
- 2C : one suiter (at least 6 cards)
- 2D : two suiter major (S+H);
- 2H : two suiter (H+minor C/D);
- 2S : two suiter (S+minor C/D);
- 2NT: two suiter minor (D+C).

Defensive Bidding terhadap Opening lawan tingkat 1, sebagai berikut:

- X (double) : Take Out, 12+ HCP;
- One over one: at least 5 cards, 9-18 HCP;
- Jump two over one 2H/2S terhadap 1C/1D dan 2D terhadap 1C: Weak Two;
- Normal two over one: at least 5 cards, 12-22 HCP;
- Michael Cue-bid;
- Take out two suiter;
- 1NT : 16-18 HCP balanced + likely suit lawan.

Beberapa konvensi yang digunakan adalah:

- Stayman, Jacoby, dan Minor Transfer;
- Minor Asking 2S terhadap Opening Bid 1NT partner;
- Texas Transfer;
- Smolen;
- Splinter;
- Lebensohl;
- Roman Key Card Blackwood;
- Gerber Convention (kadang-kadang).

Defensive Play yang digunakan adalah UDCA, Suit Preference/ Lavinthal, dan Standard Carding yang umum digunakan. (MSH/2010). sumber
Read More

Kamis, 19 Mei 2011

sejarah permainan Bridge



Sejarah Bridge berasal pada awal abad ke-16, ketika permainan yang disebut Whist telah diciptakan. Selama dua abad, permainan Whist mengalami perubahan seperti dalam trumps atau honors-nya, dan terus berkembang. Publikasi secara luas yang dilakukan pertama kali dari permainan ini adalah dari buku Edmond Hoyle (1742). Secara umum, dalam Whist ada empat pemain yang bermain sebagai dua pasangan bermain dengan menggunakan 52 kartu. Tiap pemain memiliki 13 kartu dan bersama-sama dengan partnernya mencoba untuk memenangkan trik sebanyak mungkin. Trik adalah kumpulan empat kartu - masing-masing diteruskan oleh tiap pemain - dan kartu dengan nilai tertinggi menang. Kontrak tidak ditentukan dan scoring masih sangat sederhana.

Pada abad 19 permainan ini dianalisis dan dipelajari dengan serius. Dan segera, bermunculan-lah para pemain profesional pada 1857, dan turnamen pertama dari 'duplikasi' permainan kartu Whist diadakan. Namun keberhasilan turnamen tersebut ternyata tetap tidak banyak mengundang banyak minat di negara- negara Eropa. Perkembangan yang lebih baik malah terlihat di Amerika Serikat. Whist menjadi permainan publik pada tahun 1881, ketika American Whist League didirikan. American Whist League mulai mengatur permainan pasangan dan turnamen-turnamen. Buku John Mitchell, yang diterbitkan pada saat yang sama, mengatur dan menetapkan sejumlah aturan untuk kegiatan-kegiatan ini. Penulis juga menulis poin-poin aturan tentang turnamen dan rincian organisasi lainnya. Pada saat yang sama, sebuah permainan baru muncul sebagai 'duplikasi' permainan Whist ... dan itu disebut Bridge.

Ada banyak teori tentang asal Bridge. Tetapi besar kemungkinannya dari Rusia (sumber-sumber lain menyebutkan Turki), karena jauh sebelum munculnya permainan Bridge di dunia, Rusia memainkan permainan yang sangat mirip (dengan aturan penawaran, nilai dan dummy). Bridge menyebar ke Mesir dan Turki, dibawa oleh para diplomat dan tentara.Dan beberapa waktu kemudian muncul di Eropa (Paris, London) dan New York. Buku pertama tentang Bridge diketahui diterbitkan pada tahun 1886, berjudul "Biritch or Russian Whist", dan mungkin menggambarkan tentang aturan main. Bentuk tertua Bridge sering disebut Bridge-Whist, ketika penawaran telah ditambahkan ke dalam peraturan - Lelang Bridge.

Pada awal abad ke-20, banyak sistem permainan yang berbeda diciptakan. Sebagai contoh di India permainan ini disebut S.A.C.C. Ini adalah Bridge dimana pemain mendapatkan poin mereka hanya untuk bid tricks (dan tidak ada trik tambahan). Permainan ini berkembang cepat, namun tetap masih kalah populer dari permainan Whist. Tapi itu tidak berlangsung lama. Pada tahun 1927, Harold Vanderbilt menciptakan permainan baru. Dia menggabungkan seluruh inovasi yang telah dilakukan (misalnya sistem SACC) dan menambahkan beberapa elemen baru (misalnya point tambahan yang besar untuk Grand Slam dan Small Slam). Namun, perubahan yang paling penting adalah memperbaiki sistem kontrak, yang lebih ditekankan pada partnership dari sebelumnya. Karyanya - meskipun tidak dipublikasikan secara luas - menjadi dasar untuk Kontrak Bridge modern, yang merupakan jenis permainan yang dikenal saat ini.

Pada tahun 1928, American Bridge League diciptakan dan pada tahun 1929 edisi pertama "The Bridge World" telah diterbitkan oleh Ely Culbertson, yang berperan sangat penting bagi evolusi lebih lanjut dari Bridge. Dan Charles Goren, yang dikenal sebagai "Mr Bridge" berhasil melanjutkan perkembangan permainan ini. European Bridge Championships Open pertama (untuk pria saja) diselenggarakani di Scheveningen (Belanda) pada tahun 1932 dan kejuaraan untuk perempuan pertama kali diadakan di Brussels (Belgia) pada tahun 1935. Team World Championships Open diadakan pada tahun 1935 di New York dan untuk perempuan pada tahun 1974 di Venesia.

Pada tahun 1958 Federasi Bridge Dunia (WBF) didirikan dan di bawah perlindungan First Bridge Olympic pada tahun 1962. Amerika mendominasi turnamen Bridge tersebut, sampai tahun 1957 ketika pemain Italia mulai mencetak kemenangan yang luar biasa, mengambil sepuluh kemenangan berturut-turut kejuaraan dunia Bermuda Bowl. Tetapi Amerika akhirnya mengalahkan mereka pada tahun 1970. Ini adalah peristiwa penting, karena tim Amerika adalah salah satu pemain profesional pertama dalam sejarah Bridge.


sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7209109
Read More

ETIKA DALAM BERMAIN BRIDGE

ETIKA DALAM PERMAINAN BRIDGE




A. Dasar-dasar umum
1. Kewajiban umum para peserta hendaklah mentaati peraturan dan etika seketat-ketatnya. Tidak sepantasnya menghindarkan hukuman bagi pelanggaran yang dilakukan oleh lawan, meskipun hal itu menurut perasaannya tidak akan mengganggu suasana dan jalannya pertandingan.
2. Seseorang pemain hendaknya jangan berusaha menyembunyikan pelanggaran (walaupun tak sengaja dilakukan). Beritahulah segera Pemimpin Pertandingan.
3. Hanya Pemimpin Pertandingan yang berhak memberikan hukuman terhadap suatu pelanggaran.
4. Para pemain tidak dibenarkan memberikan hukuman kepada lawannya atau memberikan maaf terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh lawan.
B. Sikap sopan santun
1. Ramah terhadap partner dan lawan. Seorang pemain hendaklah selalu bersikap ramah tamah terhadap partnernya, maupun lawannya.
2. Etika dalam pembicaraan dan tindakan. Seorang pemain hendaklah dengan hati-hati menghindarkan diri dari memberikan komentar atau tindakan yang akan dapat mengakibatkan kejengkelan atau kemarahan atau memberi malu kepada pemain lainnya atau mengganggu kenikmatan bermain.
3. Mengikuti prosedur. Setiap pemain haruslah mengikuti prosedur yang benar secara seragam dalam menawar dan main, karena setiap penyimpangan dari ketentuan, dapat mengganggu lancarnya pertandingan.
C. E t i k a
Para pemain hendaknya menghindarkan diri terhadap tingkah laku !
1. Kurang perhatian. Tidak begitu menaruh perhatian akan permainan (jika seorang pemain memegang kartu yang tak menarik di tangannya atau minta mengulang-ulang jalannya penawaran)..
2. Memberikan keterangan yang tak perlu, sewaktu bermain mengenai penawaran dan kontrak.
3. Menarik-narik kartu sebelum waktunya. Menarik-narik / melepaskan selembar kartu dari tangannya sebelum gilirannya untuk lead atau bermain.
4. Tidak mengatur kartu yang telah dimainkan. Pengaturan kartu yang telah dimainkan dalam keadaan tak tersusun baik atau mencampur-adukkan kartu sebelum hasil permainan papan tersebut disetujui.
5. Curiga terhadap tuntutan dan konsesi. Melakukan tuntutan dan konsesi atas suatu trik yang diragukan.
6. Memperlambat permainan (yang sebenarnya tak perlu) dengan maksud mengacaukan pemain lainnya.
7. Tidak hormat dalam pemanggilan Pemimpin Pertandingan. Pemanggilan Pemimpin Pertandingan sebagai kebiasaan untuk menunjukkan ketidak-ramahan terhadapnya atau peserta lainnya.
D. Pelanggaran Etika
Tindakan melanggar Etika:
1. Mengadakan variasi dalam penawaran. Mempergunakan cara yang berbeda untuk
tawaran yang sama.
2. Menunjukkan reaksi terhadap penawaran dan permainan. Menunjukkan rasa setuju atau tidak setuju terhadap tawaran atau permainan.
3. Menyatakan harapan akan hasil suatu trik. Menunjukkan harapan untuk me-menangkan atau kalah dalam suatu trik sebelum trik tersebut dilengkapi.
4. Mengadakan komentar atau tindakan. Memberi komentar atau melakukan tindakan selama penawaran dan permainan yang sedang berlangsung., untuk menunjukkan perhatian atas kejadian tertentu atau kedudukan skor atau jumlah trik masih diperlukan.
5. Memberikan keterangan secara sukarela. Memberikan keterangan sukarela hendaknya hanya diberikan dalam menjawab pertanyaan.
6. Menatap pemain lain selama penawaran atau permainan berlangsung atau tangan pemain lainnya dengan maksud mengamati kartunya atau dari tempat mana ditarik suatu kartunya (akan tetapi tidak termasuk melanggar Etika, jika memperoleh informasi karena secara tak sengaja melihat kartu lawannya).
7. Membuat variasi tempo dengan sengaja. Mengadakan variasi dalam tempo penawaran dan permainan dengan maksud mengacaukan pemain lainnya.
8. Meninggalkan meja pertandingan tanpa alasan yang kuat sebelum suatu ronde selesai.

sumber 
Read More

Rabu, 18 Mei 2011

Apakah mungkin bridge diajarkan di sekolah

                       BRIDGE, MUNGKINKAH DIAJARKAN DISEKOLAH ?
                   
                                             Oleh :  Liliek Sudirahardjo


RUNNER UP OLIMPIADE 1998 DAN JUARA DUNIA 2000.

Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, perkembangan bridge dari hanya sekedar permainan kartu kaum selebritis diwaktu senggang hingga menjadi olah raga yang digemari oleh berbagai lapisan sedemikian pesatnya. Berbagai cara bermain, sistem penilaian dan sistem pertandingan dan hadiah yang disediakan menyebabkan olah raga otak ini semakin menarik, menantang dan puncaknya diakui sebagai salah satu cabang olah raga dalam jajaran olah raga fisik, selain catur tentunya yang telah mensejajarkan dirinya puluhan tahun yang lalu. Permainan kartu yang akhirnya menjadi cabang olah raga ini akhirnya memiliki even Kejuaraan Dunia Resmi (Granprix IOC) dan Olimpiade sendiri.

Berapa medalikah yang berhasil dibawa oleh atlit-atlit olah raga Indonesia dari event-event dunia resmi seperti Kejuaraan Dunia atau Olimpiade semenjak diselenggarakannya? Rasanya masih dapat dihitung dengan jumlah jari kita. Dari cabang bulu tangkis, jelas memang ini lahan kita,ancaman bahaya tahun-tahun akhir ini dari negara-negara seperti Cina, Malaysia, Denmark dan jangan lupa menyebut Thailand, India atau bahkan Inggris sebagai negara asal olah raga ini, semenjak hijrah dan transfer pemain diakui secara profesional, adalah ancaman menurunnya perolehan medali dari cabang favorit ini. Sayangnya, dari cabang lain kita tidak mampu banyak berbuat, kecuali cabang panahan pada Olimpiade Seoul 1996 dengan medali perak dan cabang bridge yang pada Olimpiade pertamanya di Paris, Perancis pada tahun 1998, medali perak berhasil diraih oleh atlit-atlit Indonesia. Bahkan puncaknya di Grandprix IOC 2000 di Maastrich, Belanda, Indonesia menjadi Juara Dunia dengan melahap Amerika disemifinal dan menelan Perancis difinal!. Ingat, dua-duanya adalah Superstar-Superstar bridge dikolong langit ini!

Artinya, bangsa yang makanpun masih susah, GNP perkapita dibawah 1000 dolar Amerika dan hutangnya 1200 trilyun rupiah, punya potensi besar dalam cabang olah raga bridge! Kalau bulu tangkis punya Maestro Rudi Hartono, Lim Swie King, Icuk Sugiarto, Susi Susanti dan belasan bintang-bintang lainnya, panahan punya Lisa Handayani dkk., maka bridgepun punya pahlawan-pahlawan tak dikenal peraih perak Olimpiade dan penyandang gelar Juara Dunia atas nama-nama Henky Lasut, Eddy Manoppo, Denny Sakul, Franky Karwur,Robert Tobing, Taufik Asbi dkk.


KENAPA KURANG POPULER, APA LEBIH SULIT?

Persoalannya adalah, seperti pada umumnya nasib olah raga yang lain, kurangnya perhatian pemerintah oleh berbagai sebab klasik; terbatasnya anggaran, kurangnya pembinaan, amatirisme dan, salah urus! Akibatnya jelas, pemasyarakatan olah raga, khususnya bridge terseok-seok, sesak napas dan jauh kalah populer dengan catur semenjak GM Utut Adianto disekondani Eka Putra Wirya mewabahi Jakarta dengan catur cepat, catur buta, catur master, catur kampung, sekolah catur dan akhirnya kita memiliki The Indonesian Dream Team seperti layaknya Amerika, yang GNP perkapitanya diatas 25.000 dolar, dengan NBAnya. Hasilnya cukup nyata. Catur semakin populer dan digemari. Kita pernah merasakan punya GM Super, elo rating diatas 2600 (dulu, sekarang apa kabar mas Utut?), beberapa GM baru dan pasukan yunior yang saya yakin tidak lama lagi akan mengorbit bagaikan bintang-bintang dilangit (Catatan; asal tidak salah urus).

Lantas pertanyaannya adalah, kalau catur bisa (kalau bulu tangkis sih harus bisa, dan Angie dicabang tenis masih bisa diusahakan), kenapa bridge yang sama-sama olah raga otak tidak mampu? Coba perhatikan perbandingan sederhana berikut ini. Keduanya merupakan olah raga otak atau pikiran. Keduanya dapat dipertandingkan secara duel-meet atau rame-rame dengan sistem gugur atau sistem Swiss. Dan yang paling penting, modal olah raga ini hampir-hampir dapat dikatakan modal dengkul. Kalau catur hanya butuh papan dan buah catur yang dapat dipakai ribuan kali, maka bridge lebih murah lagi, hanya perlu satu pak kartu yang terdiri dari 52 daun 4 warna, yakni waru (spade), hati (heart), wajik (diamond) dan semanggi (kriting, clover atau club).

Sekarang kita lihat, kenapa catur lebih memasyarakat dan populer sedang bridge hanya dimainkan kelompok tertentu, khususnya menengah keatas, dan susah berkembang. Kemungkinan jawabannya adalah karena pertama catur sifatnya lebih individual, sedang bridge sifatnya lebih berkelompok, minimal berdua atau berpasangan. Kemungkinan kedua adalah meskipun jumlah kotak pada papan catur ada 64, tetapi varian permainan pembukaan, permainan tengah dan akhir lebih terbatas, lebih terukur (predictable) dan buah caturnya kelihatan didepan mata. Sedangkan bridge mempunyai sistem penawaran, sistem permainan penyerang (declarer), sistem pertahanan (defender) yang hampir tak terukur dan kartu lawan maupun kawan tidak kelihatan alias tertutup. Kenapa kelihatannya sulit? Ternyata varian pembagian (distribusi) 52 lembar kartu untuk 4 orang pemain memang luar biasa banyaknya. Seorang ahli matematika pernah menghitung kemungkinan distribusi ke 4 tangan tersebut mencapai angka 10 pangkat 54 (angka 1 dengan 54 angka 0 dibelakangnya!). Jadi lebih sulit dong? Jawabnya adalah sulit kalau kita belum mengenal dan menyukainya, mudah jika kita sudah mengenal dan menyukainya. Rasanya jauh lebih susah menghitung jumlah partai politik peserta Pemilu dan jumlah konglomerat hitam dalam kasus BLBI.


BRIDGE BAGIAN DARI KURIKULUM SEKOLAH, KENAPA TIDAK?

Permainan bridge memiliki berbagai aspek menarik baik dilihat dari segi pendidikan maupun pergaulan sosial. Permainan ini mengajak kita untuk berpikir logis berdasarkan hitungan-hitungan (sebetulnya perkiraan) matematik sederhana, guna mencapai tujuan tertentu (jumlah trik atau ambilan) sesuai dengan kemampuan kita, dilakukan melalui jembatan komunikasi (bridge) dengan sejumlah kesepakatan (sistem penawaran) yang telah disetujui berdua. Dalam proses komunikasi itulah proses pendidikan (kecerdasan, ketelitian), proses pembinaan karakter (disiplin, kebersamaan, tenggang rasa, tidak egois) dan proses pembinaan etika (tidak bohong, tidak curang dan menghormati lawan) berlangsung.

Usia yang dianggap cukup untuk memulai belajar bermain bridge mungkin adalah sekitar 10 tahun, ini berarti sekitar usia sekolah klas 4 SD. Sebagai tahap awal bridge dapat dijadikan pelajaran ekstra kurikuler, dengan mengambil guru dari pemain-pemain bridge setempat. Mereka yang biasa duduk didepan komputer dan biasa ngeklik Windows, Program, Assesories, Game, pasti akrab dengan Heart atau Solitaire. Tambahkan permainan-permainan Minuman (Ambilan), Truf dan akhirnya Bridge, maka dijamin anak-anak akan lebih suka bermain bridge daripada tawuran atau bernarkobaria.

Mau tahu nikmatnya bermain bridge? Tanya sama Pak Deng Xiao Ping almarhum yang masih bermain pada usia 88 tahun disela-sela kesibukannya ngurusin makannya 1 milyar lebih penduduk RRC, atau pada Pak Omar Sharief, bintang film Amerika asal Mesir simaniak bridge nomer 1 didunia, yang sering mengajak jago-jago dunia untuk bermain bersama dikapal pesiarnya, yang tentunya cukup mewah, dan disediakan pula hadiah bagi para pemenangnya. Pada tahun 2000 diusianya yang ke 70 ketika keluar dari rumah sakit sehabis operasi jantung, Pak Omar ini ditanya sama wartawan; “Apa yang ingin anda lakukan sekeluar anda dari rumah sakit ini?” Pak Omar menjawab;”Bermain bridge semalam suntuk!”


Penulis adalah atlit bridge
Tinggal di Bandung

 sumber
Read More